Pedro Acosta Siap Hadapi Tekanan, Yakin Bisa Raih Kemenangan di MotoGP

Pembalap Red Bull KTM, Pedro Acosta, menegaskan bahwa tekanan sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia mulai berkarier sebagai pembalap, bahkan sejak level amatir.

Pembalap berusia 20 tahun ini kini dihadapkan pada ekspektasi tinggi setelah mencatat debut luar biasa musim lalu, di mana ia berhasil meraih lima podium di ajang Grand Prix.

“Saya sudah terbiasa hidup dengan tekanan sejak usia 16 tahun. Sekarang saya hampir berusia 21 tahun, dan semuanya masih sama,” ujar Acosta dalam wawancaranya dengan MotoGP pada Kamis.

Melihat performa musim lalu yang cukup menjanjikan, Acosta percaya bahwa kemenangan Grand Prix pertamanya hanya tinggal menunggu waktu. Menurutnya, tekanan adalah bagian dari pekerjaan seorang pembalap, dan ia telah belajar untuk mengelolanya dengan baik.

“Tekanan dan ekspektasi hanyalah kata-kata, tetapi terkadang kata-kata itu bisa memberikan beban tersendiri. Seorang pembalap harus tetap fokus pada motor dan balapannya,” tambahnya.

Acosta juga mengakui bahwa inkonsistensi menjadi tantangan utama baginya musim lalu, terutama ketika kehilangan kecepatan dalam beberapa balapan.

“Ada saatnya saya berpikir lebih mudah untuk melaju lurus, tetapi dalam beberapa kesempatan, saya harus mengambil jalur berbeda dan menghadapi pasang surut,” katanya.

Hasil tes pramusim yang positif di Sepang dan Buriram semakin meningkatkan rasa percaya dirinya untuk menghadapi musim ini. Acosta pun optimis bisa tampil lebih kuat dan membuktikan kemampuannya.

“Sekarang saya jauh lebih percaya diri. Senang rasanya kembali mengenakan seragam oranye!” pungkasnya.

Marquez: Bagnaia Pria Sejati, namun di Atas Lintasan Seorang Pejuang

Marc Marquez, juara dunia MotoGP delapan kali, membuka diri tentang perjalanan kariernya dan hubungan profesionalnya dengan rekan setim barunya, Francesco Bagnaia, dalam wawancara eksklusif di acara ‘El Hormiguero’ yang disiarkan oleh Antena 3. Marquez, yang kini bergabung dengan Ducati, merek yang mendominasi MotoGP, berbicara tentang berbagai aspek penting, termasuk bagaimana kedekatannya dengan Pecco berkembang selama pramusim, serta peranannya dalam tim yang baru.

Musim MotoGP 2025 sudah dimulai, dan semua mata tertuju pada Marc Marquez. Kedatangannya ke Ducati menambah bumbu persaingan yang semakin sengit di kelas utama. Marquez yang tampil mengesankan dalam tes pramusim di Buriram kini harus bersaing dengan Bagnaia, yang tak diragukan lagi adalah salah satu pembalap terbaik di kelasnya. Meski keduanya memiliki ambisi untuk merebut gelar juara dunia dengan menggunakan Desmosedici GP25, hubungan mereka terbilang sangat harmonis.

Marquez mengungkapkan bahwa kedewasaan dan pengalaman yang dimiliki oleh keduanya telah membantu menciptakan hubungan yang profesional dan positif. “Jika saya dan Pecco bertemu ketika kami berusia 22 atau 25 tahun, itu akan sangat berbeda. Kini kami lebih matang, dan semuanya berjalan dengan sangat baik,” ujar Marquez, yang kini berusia 32 tahun, sementara Bagnaia baru saja memasuki usia 27 tahun.

Marquez memuji sikap Bagnaia, yang ia sebut sebagai seorang “gentleman”. Meskipun memiliki ambisi besar dan berkompetisi dengan sengit di atas lintasan, Bagnaia dikenal tenang dan tidak pernah menunjukkan sikap emosional yang berlebihan. “Kami sudah bekerja sama sejak pramusim, banyak diskusi tentang pengaturan motor, dan ini menunjukkan bahwa kita bisa bekerja bersama untuk kepentingan tim,” jelas Marquez.

Namun, seperti yang diakui oleh Marquez, keduanya tetap berkompetisi dengan intens di lintasan balap. “Setiap balapan, kami masing-masing akan berusaha meraih hasil terbaik. Tidak ada yang bisa mengesampingkan ambisinya, tetapi di luar lintasan, kami tetap bisa bekerja sama dengan baik,” lanjutnya. Ini menunjukkan perubahan signifikan dalam cara Marquez melihat persaingan setelah bertahun-tahun berkompetisi sebagai pembalap muda yang penuh gairah.

Tentu saja, Marquez juga berbicara tentang perjalanan kariernya di MotoGP yang penuh tantangan. Sebelum bergabung dengan Ducati, ia mengungkapkan rasa frustrasinya saat masih membela Honda. “Di Honda, saya bertarung hanya untuk posisi kesepuluh atau kesebelas. Itu bukan untuk saya. Saya bukan pembalap yang puas hanya dengan bertahan,” tuturnya. Marquez merasa bahwa ia membutuhkan lebih dari sekadar bertahan; ia ingin kembali ke jalur kemenangan.

Perpindahannya ke Gresini sebagai tim satelit menjadi titik balik besar dalam karier Marquez. Ia mengakui bahwa keputusan untuk meninggalkan Honda bukanlah hal yang mudah. “Keputusan itu sangat sulit, bukan karena gaji, tetapi lebih karena saya harus mempertimbangkan apa yang terbaik untuk karier saya,” jelas Marquez. Ia menjelaskan bahwa memilih Gresini adalah investasi dalam dirinya sendiri untuk menguji apakah ia masih bisa kompetitif di level tertinggi.

Kini, Marquez berada di tim terbaik dengan motor terbaik, dan ia merasa siap untuk kembali bersaing untuk gelar juara dunia. “Jika saya bisa bersaing dan memenangkan gelar lagi, saya akan merasa seperti saya mencapai tujuan karier saya. Ini adalah kesempatan besar, dan saya siap mengambilnya,” pungkas Marquez, yang kini berada di bawah naungan Ducati dengan keyakinan penuh.

Dengan awal musim yang penuh antisipasi ini, hubungan profesional antara Marquez dan Bagnaia menjadi sorotan utama. Meskipun keduanya memiliki ambisi tinggi, keharmonisan dalam tim Ducati menjadi kekuatan besar dalam perjuangan mereka menuju puncak MotoGP 2025.

Ducati Hadapi Tantangan di Uji Coba MotoGP 2025 Thailand: Marquez dan Bagnaia Berburu Performa Optimal

Sesi uji coba kedua MotoGP 2025 akan digelar di Sirkuit Chang, Buriram, Thailand, pada Rabu, 12 Februari. Tes ini menjadi kesempatan terakhir bagi para tim dan pembalap untuk mengevaluasi performa motor sebelum musim balap resmi dimulai.

Bagi Ducati, sesi ini menjadi ujian penting, terutama bagi dua pembalap andalan mereka, Francesco “Pecco” Bagnaia dan Marc Marquez. Keduanya sebelumnya telah menjalani uji coba di Sirkuit Sepang, Malaysia, pekan lalu, dengan mengendarai dua motor berbeda, yakni Desmosedici GP25 dan The Borgo Panigale. Namun, hasil dari tes tersebut belum sepenuhnya sesuai harapan. Manajer Ducati, Davide Tardozzi, mengungkapkan bahwa Desmosedici GP25 masih memiliki sejumlah kendala teknis yang perlu diperbaiki sebelum musim dimulai. Masalah serupa juga ditemukan pada The Borgo Panigale, terutama dalam hal keseimbangan di lintasan. Dengan persaingan yang semakin ketat, Ducati harus segera menemukan solusi agar tetap kompetitif dalam perburuan gelar.

Di sisi lain, motor Ducati lainnya, Desmosedici GP24, justru tampil lebih konsisten. Franco Morbidelli yang mengendarai motor tersebut dalam sesi uji coba sebelumnya tidak mengalami kendala berarti. Hal ini memunculkan spekulasi bahwa motor generasi sebelumnya masih lebih stabil dibandingkan model terbaru yang sedang dalam pengembangan.

Sesi uji coba di Buriram akan berlangsung selama dua hari, dari 12 hingga 13 Februari 2025. Tes ini juga menjadi penutup rangkaian uji coba pramusim sebelum dimulainya Grand Prix Thailand, yang merupakan salah satu seri pembuka MotoGP 2025. Ducati berharap tes di Thailand dapat memberikan jawaban atas berbagai kendala yang mereka alami di Sepang. Jika masalah tidak segera teratasi, rival-rival mereka seperti KTM, Yamaha, dan Aprilia bisa mengambil keuntungan dan mengancam dominasi Ducati di musim 2025.

Mandalika Siap Ramaikan Februari Dengan Beragam Event Balap Dan Non-Balap!

Sepanjang bulan Februari, Pertamina Mandalika International Circuit yang terletak di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), akan menjadi tuan rumah berbagai event menarik. Sirkuit ini terus memperkuat posisinya sebagai destinasi wisata otomotif kelas dunia dengan menghadirkan rangkaian acara yang tidak hanya mendukung industri motorsport, tetapi juga memberikan dampak positif bagi pariwisata dan perekonomian lokal. Direktur MGPA, Priandhi Satria, menyatakan bahwa Sirkuit Mandalika dikenal tidak hanya sebagai tempat ajang MotoGP, tetapi juga sebagai pusat kegiatan yang melibatkan berbagai acara, baik balapan maupun non-balap. Ia berharap event-event yang digelar sepanjang bulan Februari ini dapat memberikan pengalaman terbaik bagi peserta dan pengunjung.

Tiga event besar yang akan digelar di bulan ini adalah The Mead Johnson – 4th Pediatric Science Network Hub, sebuah seminar ilmiah yang diadakan oleh Mead Johnson bekerja sama dengan salah satu Ikatan Dokter di Indonesia, yang dihadiri oleh sekitar 350 dokter. Kemudian, ada Yamaha Training & Practice yang akan dilaksanakan pada 18-20 Februari, di mana Yamaha Indonesia mengadakan pelatihan dan sesi praktik berkendara dengan 70 peserta di lintasan sirkuit. Terakhir, BYD Indonesia akan mengadakan Test Drive kendaraan listrik pada 26-27 Februari, memberikan kesempatan kepada 60 peserta terpilih untuk mencoba berbagai model kendaraan listrik BYD.

Selain itu, Sirkuit Mandalika juga tetap menyelenggarakan sejumlah kegiatan reguler seperti Lampaq di Sirkuit, Agya GR Arrive and Drive, Track Day, dan Radical Track Experience. Dengan rangkaian acara tersebut, Sirkuit Mandalika tidak hanya menarik bagi para pencinta otomotif, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan pariwisata dan perekonomian lokal di Lombok, NTB.

Yamaha Factory MotoGP Siapkan Strategi Baru dengan Dovizioso dan Fernandez Menyongsong Musim 2025

Yamaha Factory MotoGP menghadapi tantangan besar dalam persiapan mereka untuk musim 2025, terutama setelah absennya Cal Crutchlow sebagai test rider utama. Untuk mengatasi kekurangan ini, tim memutuskan untuk memanggil Andrea Dovizioso, yang kini menjabat sebagai konsultan penguji Yamaha, guna membantu pengembangan motor YZR-M1 dan mesin V4 yang direncanakan untuk 2026.

Dengan Augusto Fernandez yang kini berperan sebagai test rider, serta keterlibatan pembalap top seperti Fabio Quartararo dan Alex Rins, Yamaha berharap bisa mengejar ketertinggalan dari tim-tim Eropa yang lebih dominan. Tes di Sepang, yang dijadwalkan pada 31 Januari hingga 2 Februari 2025, akan menjadi momen penting untuk menentukan arah pengembangan teknis mereka.

Kepala tim Yamaha, Massimo Meregalli, menyatakan kepada GPOne bahwa meskipun Crutchlow masih dalam masa pemulihan dari infeksi tangan pascaoperasi, peran Crutchlow sangat dibutuhkan untuk membimbing Fernandez, yang baru saja memulai karirnya sebagai test rider. Namun, dengan kondisi Crutchlow yang belum sepenuhnya pulih, Dovizioso diharapkan dapat menggantikan peran tersebut untuk sementara waktu.

Pada sesi Shakedown MotoGP di Sepang, Dovizioso dan Fernandez akan terlibat langsung dalam pengujian motor YZR-M1 2025 dan mesin V4 yang sedang dalam tahap awal pengembangan untuk regulasi MotoGP 2027. Yamaha memanfaatkan status konsesi untuk melakukan uji coba lebih luas, mengikuti jejak Honda Racing Corporation (HRC), guna mempercepat inovasi teknis mereka.

Bagi Fernandez, tantangan besar bukan hanya beradaptasi dengan peran barunya sebagai test rider, tetapi juga berkontribusi dalam pengembangan motor YZR-M1 dan mesin V4 Yamaha yang memiliki potensi besar untuk masa depan. Dovizioso, dengan pengalamannya yang luas di MotoGP, akan menjadi sosok kunci dalam membantu Yamaha mengurangi kesenjangan performa dengan pabrikan Eropa.

Meskipun mesin inline-four tetap digunakan pada musim 2025, Yamaha sudah mempersiapkan perubahan besar dengan proyek mesin V4 yang lebih tangguh untuk menghadapi regulasi baru pada 2026. Kehadiran Dovizioso di tes Sepang dan perannya dalam pengembangan mesin V4 menunjukkan komitmen Yamaha untuk kembali ke persaingan papan atas MotoGP.

Dengan inovasi teknis yang matang, musim 2025 bisa menjadi titik balik bagi Yamaha dalam perburuan gelar juara dunia.

VR46 Riders Academy dan Pertamina Enduro: Mencetak Generasi Pembalap Indonesia di Sirkuit Mandalika

Para pembalap MotoGP yang tergabung dalam VR46 Riders Academy mengadakan track day di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, pada 27-29 Januari. Kegiatan ini menjadi momen bersejarah bagi Indonesia karena untuk pertama kalinya ajang seperti ini diadakan, dengan tujuan melibatkan dan menginspirasi para pembalap lokal untuk berkompetisi di tingkat internasional.

Direktur MGPA, Priandi Satria, menyebutkan sejumlah nama pembalap MotoGP yang hadir, termasuk Francesco Bagnaia, Luca Marini, Marco Bezzecchi, Franco Morbidelli, Fabio Di Giannantonio, Celestino Vietti, Andrea Migno, dan Niccolò Antonelli. Para pembalap ini tidak hanya berlatih di lintasan bersama pembalap lokal tetapi juga memberikan wawasan dalam sesi kelas untuk membantu para pembalap nasional memahami aspek teknis dan mentalitas balap profesional.

Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif Pertamina Enduro untuk mendukung perkembangan motorsport Indonesia, sekaligus mencari bibit pembalap muda yang potensial. Dalam rangkaian Mandalika Racing Series (MRS) pada 2025, akan dilakukan kurasi untuk memilih empat pembalap nasional di bawah usia 15 tahun yang nantinya berkesempatan belajar di VR46 Riders Academy di Italia.

Franco Morbidelli, salah satu lulusan VR46 Riders Academy, memberikan pesan motivasi kepada pembalap muda Indonesia. “Percayalah pada diri sendiri dan impianmu. Dengan kerja keras, semangat, dan bimbingan yang tepat, kamu bisa meraih segalanya. Jangan menyerah, setiap langkah kecil menuju impianmu sangat berarti,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan antusiasmenya terhadap kolaborasi ini. “Kemitraan dengan Pertamina Enduro adalah peluang besar untuk mengangkat motorsport Indonesia. Ini adalah bukti nyata bagaimana sinergi yang baik bisa menciptakan kesempatan luar biasa,” tambah Morbidelli.

Langkah ini diharapkan mampu membawa nama Indonesia ke kancah balap internasional sekaligus memperkuat ekosistem motorsport di tanah air.

Fabio Di Giannantonio Fokus Pulihkan Kondisi Fisik Demi MotoGP 2025

Pembalap Pertamina Enduro VR46 Racing Team, Fabio Di Giannantonio, atau yang akrab disapa Diggia, mengungkapkan bahwa kondisi fisiknya saat ini baru mencapai 85 persen setelah menjalani operasi cedera bahu pada awal November lalu.

“Kondisi fisik saya sekarang sekitar 85 persen. Target saya adalah mencapai 100 persen, meskipun itu sulit mengingat jenis cedera yang saya alami,” ujar Diggia dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu.

Cedera itu bermula dari kecelakaan saat sesi latihan di GP Austria, di mana Diggia terjatuh dengan kecepatan tinggi dan mengalami dislokasi bahu kiri. Setelah melalui berbagai pemeriksaan, ia dinyatakan tidak fit untuk melanjutkan balapan.

Untuk memulihkan cedera, Diggia menjalani operasi artroskopi di klinik Villa Stuart, Roma, yang dilakukan oleh Profesor Alessandro Castagna. Meskipun pemulihan normal membutuhkan waktu enam hingga tujuh bulan, tim medis berusaha memangkas durasi tersebut menjadi empat bulan agar ia bisa segera kembali ke lintasan.

Diggia mengakui bahwa bahu kirinya belum sepenuhnya pulih dan masih terasa tidak nyaman saat mengendarai motor Ducati Desmosedici GP23. Namun, ia tetap optimis untuk mencapai kondisi fisik yang cukup baik guna memulai musim MotoGP 2025.

“Memang tidak mudah mencapai 100 persen, tetapi target saya adalah minimal 90 persen agar bisa tampil kompetitif di balapan pertama,” katanya.

Meski cedera dan operasi memengaruhi persiapannya, Diggia menegaskan bahwa fokus utamanya tetap pada pemulihan kondisi fisik. Ia tidak melakukan persiapan khusus untuk motor barunya, Ducati Desmosedici GP25, karena lebih memprioritaskan kebugaran tubuh.

“Sebenarnya, operasi ini dilakukan setelah GP Thailand tahun lalu dan menyita banyak waktu. Selama tiga setengah bulan terakhir, saya fokus memulihkan kondisi tubuh. Jadi, persiapannya lebih terpusat pada fisik daripada perubahan motor,” jelasnya.

Dengan usaha keras dan dukungan tim, Diggia berharap dapat kembali bersaing di lintasan MotoGP dan tampil maksimal pada musim 2025.

HRC MotoGP Belum Punya Markas Selevel Yamaha Di Eropa

Honda Racing Corporation (HRC) mengakui bahwa mereka belum memiliki markas di Eropa yang sebanding dengan fasilitas yang dimiliki oleh Yamaha. Hal ini menjadi sorotan dalam upaya Honda untuk meningkatkan performa tim MotoGP mereka di tengah persaingan ketat dengan pabrikan lain.

MotoGP adalah ajang balap motor paling bergengsi di dunia, di mana setiap tim berusaha untuk mencapai performa terbaik. Dengan adanya pabrikan seperti Yamaha yang memiliki markas di Eropa, mereka dapat lebih cepat merespons kebutuhan teknis dan pengembangan sepeda motor. Ini menunjukkan bahwa lokasi dan fasilitas dapat mempengaruhi kecepatan inovasi dan pengembangan dalam dunia balap.

HRC saat ini beroperasi dari markas yang terletak di Spanyol, tetapi tidak memiliki infrastruktur yang sama dengan Yamaha yang berbasis di Italia. Hal ini membuat HRC kesulitan dalam bersaing secara efektif, terutama dalam hal pengembangan teknologi dan respons terhadap perubahan regulasi. Ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh tim-tim Jepang dalam beradaptasi dengan dinamika balap Eropa.

Sebagai langkah strategis, HRC berencana untuk meningkatkan sistem pengembangan mereka dengan menghadirkan lebih banyak teknisi dari Eropa dan memperkuat tim pengujian. Dengan memindahkan beberapa operasi ke Eropa, Honda berharap dapat mempercepat proses inovasi dan meningkatkan daya saing motor RC213V mereka. Ini menunjukkan bahwa perubahan strategi dapat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang ada.

HRC juga telah merekrut beberapa pembalap dan teknisi berpengalaman untuk memperkuat tim mereka. Pembalap seperti Marc Marquez dan Aleix Espargaro diharapkan dapat memberikan masukan berharga dalam pengembangan motor. Keterlibatan pembalap dalam proses pengembangan adalah hal penting untuk memastikan bahwa motor yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan di lintasan. Ini mencerminkan pentingnya kolaborasi antara pembalap dan tim teknis.

Dengan tantangan yang ada, semua pihak berharap HRC dapat segera menyusun strategi yang efektif untuk meningkatkan performa mereka di MotoGP. Diharapkan bahwa dengan peningkatan fasilitas dan dukungan teknis, Honda akan mampu bersaing lebih baik dengan pabrikan lain seperti Yamaha dan Ducati. Keberhasilan dalam mengatasi masalah ini akan menjadi langkah penting bagi HRC untuk kembali ke jalur kemenangan dalam kompetisi balap motor dunia.

Marc Marquez Tetapkan Fokus Jangka Pendek Bersama Ducati Lenovo untuk MotoGP 2025

Marc Marquez resmi memulai babak baru dalam kariernya di MotoGP 2025 bersama tim Ducati Lenovo. Rider berjuluk “The Baby Alien” ini pindah dari Gresini Ducati ke Ducati Lenovo, yang memperkenalkannya dalam peluncuran tim di Madonna di Campiglio pada Senin malam, 20 Januari 2025 WIB. Dalam acara tersebut, Marquez mengungkapkan target jangka pendeknya yang menjadi fokus utama musim ini.

Ducati Lenovo tetap mempertahankan warna merah khas pada motor Desmosedici GP25, yang akan ditunggangi Marquez bersama rekan setimnya, Francesco Bagnaia. Bagnaia kembali menggunakan nomor balap 63 setelah nomor 1 diambil Jorge Martin, juara MotoGP 2024. Sementara itu, Marquez tetap memakai nomor kebanggaannya, 93.

Marquez menyatakan bahwa menikmati setiap momen di lintasan adalah prioritasnya. Ia yakin dengan sikap ini, kesuksesan akan datang secara alami.

“Tujuan utama saya adalah menikmati setiap momen ketika mengendarai motor. Jika saya berhasil, hal-hal baik lainnya akan mengikuti,” ungkap Marquez.

Meski demikian, ia tidak menutup mata terhadap tekanan besar yang datang saat menjadi bagian dari tim pabrikan Ducati. Marquez menegaskan akan memberikan segalanya untuk bersaing di papan atas dan memperjuangkan podium, kemenangan, hingga gelar juara dunia.

“Di tim resmi, tujuan Anda jelas: bersaing di setiap balapan, mengejar podium, kemenangan, dan menjadi salah satu yang terdepan dalam Kejuaraan Dunia,” tegasnya.

MotoGP 2025 akan menjadi panggung bagi Marquez untuk membuktikan kemampuannya bersama Ducati Lenovo, sembari terus menikmati perjalanan baru dalam karier balapnya.

Trackhouse Racing Luncurkan Livery Baru yang Menarik Untuk MotoGP 2025

Trackhouse Racing secara resmi meluncurkan livery baru untuk musim MotoGP 2025. Acara peluncuran yang berlangsung di markas besar mereka di Concord, North Carolina, menampilkan desain baru yang mencolok dan penuh warna. Dengan livery ini, Trackhouse menjadi tim pertama yang memperkenalkan tampilan baru mereka menjelang musim yang akan datang.

Livery baru Trackhouse Racing mengusung kombinasi warna biru dan hitam yang cerah, dengan aksen kuning dayglo yang mencolok. Desain ini merupakan perwujudan dari identitas balap Trackhouse sejak mereka pertama kali terjun ke dunia balap pada tahun 2021. Tim principal Davide Brivio mengungkapkan bahwa desain ini tidak hanya mencerminkan warna korporat tim, tetapi juga semangat dan ambisi mereka untuk bersaing di level tertinggi MotoGP.

Dalam peluncuran tersebut, dua pembalap tim, Raul Fernandez dan rookie Ai Ogura, memperkenalkan motor Aprilia RS-GP terbaru mereka. Raul Fernandez menyatakan bahwa desain baru ini melambangkan semangat tinggi tim dan aspirasi untuk terus bersaing di depan. Sementara itu, Ogura menambahkan bahwa warna-warna yang berani ini memberikan motivasi ekstra menjelang musim yang penuh tantangan.

Trackhouse Racing juga mengumumkan bahwa mereka terbuka untuk melakukan perubahan pada livery mereka sepanjang musim jika mendapatkan sponsor baru. Davide Brivio menjelaskan bahwa meskipun livery saat ini adalah desain korporat, ada kemungkinan untuk memperbarui tampilan jika ada kemitraan sponsor yang terjalin. Ini menunjukkan fleksibilitas tim dalam beradaptasi dengan kebutuhan sponsor dan tren pasar.

Musim MotoGP 2025 akan dimulai dengan Shakedown test di Sepang dari tanggal 31 Januari hingga 2 Februari. Setelah itu, kedua pembalap akan berpartisipasi dalam tes pra-musim resmi sebelum menghadiri acara peluncuran musim MotoGP 2025 di Bangkok pada tanggal 9 Februari. Livery akhir dari Trackhouse Aprilia RS-GP akan diperkenalkan di Buriram sebelum balapan pembuka di Thailand.

Dengan peluncuran livery baru ini, Trackhouse Racing menunjukkan komitmennya untuk bersaing secara serius di MotoGP. Tim ini berharap dapat membangun momentum dari pengalaman mereka di musim sebelumnya dan meraih hasil yang lebih baik di tahun ini. Para penggemar dan pengamat balap tentu tidak sabar untuk melihat performa kedua pembalap dalam balapan mendatang dengan tampilan baru yang segar dan menarik ini.