Rajawali Gagal Bangkit, Satria Muda Kian Kokoh di Puncak!

Satria Muda Pertamina Jakarta kembali menunjukkan dominasinya di ajang IBL 2025 dengan meraih kemenangan besar atas Rajawali Medan. Bertanding di Britama Arena, Jakarta, tim besutan pelatih Milos Pejic berhasil mengalahkan Rajawali dengan skor meyakinkan 94-67, memperpanjang catatan positif mereka menjadi 10 kemenangan dan 2 kekalahan. Dengan hasil ini, Satria Muda semakin kokoh di posisi puncak klasemen sementara.

Di sisi lain, Rajawali Medan harus menerima kenyataan pahit setelah kembali mengalami kekalahan, menjadikannya sebagai satu-satunya tim yang belum meraih kemenangan hingga memasuki pekan ke-8 IBL 2025. Meskipun begitu, Rajawali sempat memberikan perlawanan yang cukup ketat di awal pertandingan.

Pada kuarter pertama, Satria Muda tampak kesulitan menemukan ritme permainan mereka. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Rajawali yang mampu unggul hingga 8 poin. Namun, Satria Muda menunjukkan kualitas mereka dengan bangkit di akhir kuarter pertama, menutup interval pertama dengan keunggulan tipis 23-22.

Masuk ke kuarter kedua, Satria Muda mulai tampil lebih solid. Rajawali yang sempat memberi tekanan, justru mengalami penurunan performa di setiap kuarter berikutnya. Satria Muda akhirnya dapat mengendalikan permainan dan menyelesaikan laga dengan skor akhir 94-67. Tim ini mencatatkan akurasi tembakan yang mengesankan, mencapai 49 persen dari 38 tembakan yang dilepaskan.

Julian Chalias, pemain Satria Muda, mengungkapkan bahwa tim sempat bermain terlalu santai di awal pertandingan. “Kami bermain terlalu soft dan meremehkan lawan. Pelatih sampai harus memarahi kami dan dari situlah kami mulai serius dan respek terhadap lawan. Akhirnya bisa bermain sesuai dengan level kami,” kata Chalias usai pertandingan.

Banyak pemain Satria Muda yang memberikan kontribusi signifikan. Wendell Lewis tampil cemerlang dengan akurasi tembakan 75 persen, mencetak 20 poin dan 7 rebound. Sementara itu, Julian Chalias mencatatkan rekor pribadi dengan 17 poin, 10 rebound, dan 4 steal, serta mencetak dobel-dobel pertamanya musim ini.

Randy Bell juga turut menambah pundi-pundi poin dengan 14 poin, 6 rebound, dan 5 assist. Bell tampil efisien dengan akurasi tembakan 75 persen. Le’bryan Nash juga memberikan kontribusi penting dengan 12 poin, 8 rebound, dan 4 assist.

Namun, meskipun Rajawali sempat menunjukkan penampilan terbaiknya, terutama melalui performa impresif dari Quintin Dove, yang mencetak 44 poin dari 18 tembakan dan juga mengumpulkan 8 rebound serta 2 assist, tim tersebut tidak memiliki cukup kekuatan untuk meraih kemenangan pertama mereka. Dove memang tak terhentikan di lapangan, tetapi minimnya dukungan dari rekan setimnya membuat Rajawali gagal meraih hasil positif.

Dengan kemenangan ini, Satria Muda Pertamina Jakarta semakin dekat dengan ambisi mereka untuk mempertahankan posisi puncak klasemen, sementara Rajawali Medan harus segera melakukan evaluasi agar bisa bangkit dari kekalahan dan mulai mengejar kemenangan pertama mereka di kompetisi ini.

Nikola Jokic Ukir Sejarah dengan Triple-Double Fenomenal

Bintang Denver Nuggets, Nikola Jokic, kembali mengukir namanya dalam sejarah NBA dengan mencetak rekor yang belum pernah ada sebelumnya. Ia menjadi pemain pertama yang membukukan setidaknya 30 poin, 20 rebound, dan 20 assist dalam satu pertandingan. Catatan luar biasa ini terjadi saat Nuggets meraih kemenangan dramatis 149-141 atas Phoenix Suns melalui perpanjangan waktu, Sabtu (8/3). Dalam laga tersebut, Jokic tampil gemilang dengan mencetak 31 poin, 21 rebound, dan 22 assist.

Jokic mengungkapkan kebahagiannya atas pencapaian tersebut dan menyebut bahwa momen ini akan menjadi kenangan indah di masa pensiunnya. Sepanjang kariernya, ia telah mencetak berbagai rekor unik yang sulit ditandingi. Beberapa pencapaian luar biasa Jokic antara lain menjadi pemain pertama yang mencatatkan lebih dari 2.000 poin, 1.000 rebound, dan 500 assist dalam satu musim, serta pemain pertama yang memiliki total kombinasi poin, rebound, dan assist terbanyak dalam satu pascamusim. Ia juga memegang rekor sebagai pemain pertama yang mencatat 10 triple-double atau lebih dalam tujuh musim berturut-turut, rekor yang kini berlanjut ke musim kedelapan.

Selain itu, Jokic juga menjadi pemain pertama yang mencatatkan statistik 30-20-10 dalam satu pertandingan Final NBA, serta pemain pertama yang meraih 20-15-15 dalam waktu kurang dari 30 menit. Ia bahkan menjadi satu-satunya pemain Denver Nuggets yang pernah memenangkan penghargaan Most Valuable Player (MVP) NBA. Dengan performanya yang konsisten musim ini, Jokic kembali menjadi kandidat kuat untuk meraih gelar MVP keempatnya. Jika berhasil, ia akan bergabung dengan legenda NBA seperti Kareem Abdul-Jabbar, Michael Jordan, Bill Russell, LeBron James, dan Wilt Chamberlain dalam daftar elite peraih empat gelar MVP.

Meskipun Nuggets kehilangan beberapa pemain kunci setelah menjuarai NBA 2023, Jokic tetap mampu memimpin timnya bersaing di papan atas Wilayah Barat dengan performa dominannya.

Gegara Bentrok dengan Wasit, Bam Adebayo Harus Bayar Mahal!

Miami Heat harus menerima pukulan ganda setelah kekalahan mereka dari Minnesota Timberwolves pada Jumat malam (7/3) di Kaseya Center. Tidak hanya kalah dengan skor 106-104, mereka juga kehilangan Bam Adebayo yang terkena denda sebesar AS$50.000 atau sekitar Rp780 juta akibat insiden yang terjadi usai pertandingan.

NBA secara resmi mengumumkan sanksi ini pada Sabtu (8/3) waktu setempat. Menurut pernyataan dari Joe Dumars, Wakil Presiden Eksekutif NBA, Adebayo dikenai hukuman karena melakukan kontak tidak pantas dan mengucapkan kata-kata kasar kepada wasit.

Insiden yang Memicu Denda

Dengan kurang dari dua detik tersisa, Miami Heat yang tertinggal dua angka mencoba melakukan serangan terakhir. Adebayo mendapat bola, melakukan pump-fake, lalu melepaskan tembakan yang mengenai bagian atas papan pantul. Namun, ia merasa mendapatkan kontak dari Julius Randle, yang menurutnya seharusnya menghasilkan pelanggaran.

Sayangnya, wasit tidak menganggapnya sebagai pelanggaran, dan Laporan “Last Two Minute” NBA menegaskan bahwa keputusan tersebut benar. Merasa dirugikan, Adebayo langsung mendekati wasit dan melontarkan protes dengan cara yang dianggap tidak pantas.

Tidak berhenti di situ, kemarahannya terus berlanjut di ruang ganti. Ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap keputusan wasit, yang menurutnya tidak adil sepanjang pertandingan.

“Ini bukan hanya soal permainan terakhir,” ujar Adebayo setelah pertandingan. “Sepanjang pertandingan, saya merasa keputusan mereka merugikan kami. Saya bukan tipe pemain yang suka berdebat dengan wasit, karena saya tahu mereka punya tugas. Tapi kami juga punya tugas—kami bertarung di lapangan dan pantas mendapatkan kejelasan. Jika saya berbicara, setidaknya lihat mata saya dan jangan menghindar.”

Heat Terancam Tersingkir dari Playoff Langsung

Kekalahan dari Timberwolves membuat Heat kini memiliki rekor 29-33 musim ini. Sejak melepas Jimmy Butler ke Golden State Warriors, mereka hanya mencatat 5 kemenangan dalam 14 pertandingan.

Saat ini, mereka berada di posisi ketujuh Wilayah Timur, terpaut 5,5 pertandingan dari posisi keenam yang ditempati Detroit Pistons. Jika tidak segera bangkit, Heat kemungkinan harus kembali melalui Turnamen Play-In untuk mendapatkan tiket ke babak playoff.

Meski denda terhadap Adebayo telah diputuskan, insiden ini kembali memunculkan perdebatan tentang kualitas kepemimpinan wasit NBA. Banyak pemain yang sebelumnya mengeluhkan keputusan kontroversial yang sering terjadi di momen-momen krusial.

Namun, pada akhirnya, NBA tetap berpegang teguh pada aturannya. Denda adalah denda, dan Adebayo harus menerimanya meskipun rasa frustrasinya belum sepenuhnya mereda.

Laga Panas! Harga Tiket Lakers vs Celtics Tembus Rekor

Pertandingan sengit antara Los Angeles Lakers dan Boston Celtics menjadi laga yang paling dinantikan pekan ini. Ini akan menjadi pertemuan kedua sekaligus terakhir mereka di musim reguler NBA 2025. Kedua tim tengah berada dalam performa terbaiknya, sehingga permintaan tiket melonjak drastis. Alhasil, harga tiket untuk laga yang digelar di TD Garden besok mencapai angka fantastis.

Menurut data dari TickPick, harga tiket courtside menyentuh 23 ribu dolar AS atau setara dengan Rp376 juta, menjadikannya tiket laga kandang Celtics termahal sepanjang sejarah. Sementara itu, tiket termurah dijual seharga 485 dolar AS (sekitar Rp7,9 juta). Secara rata-rata, harga tiket pertandingan ini berada di angka 731 dolar AS (Rp11,9 juta), menjadikannya pertandingan dengan tiket termahal ketujuh dalam sejarah musim reguler NBA. Rekor harga tiket rata-rata tertinggi masih dipegang laga Lakers vs Jazz pada 13 April 2016, yang mencapai 1.137 dolar AS.

Kondisi Terkini Lakers dan Celtics

Saat ini, baik Lakers maupun Celtics menempati peringkat kedua di masing-masing wilayah. Celtics memiliki catatan impresif dengan 45 kemenangan dan 18 kekalahan, serta sudah memastikan tempat di postseason. Mereka juga sedang dalam tren positif dengan tiga kemenangan beruntun.

Di sisi lain, Lakers yang memiliki rekor 40-21 juga tampil luar biasa. Mereka tidak terkalahkan dalam delapan pertandingan terakhir, salah satunya berkat kehadiran bintang baru mereka, Luka Doncic.

Menariknya, pertemuan kali ini akan berbeda dari laga sebelumnya. Pada pertemuan pertama di Crypto.com Arena pada 23 Januari lalu, Lakers menang telak 117-96. Kala itu, Anthony Davis menjadi bintang dengan mencetak 24 poin, 8 rebound, dan 3 asis, sedangkan Kristaps Porzingis menjadi pencetak poin terbanyak bagi Celtics dengan 22 angka. Kini, Luka Doncic menjadi senjata baru Lakers. Pada pertandingan terakhir melawan Knicks, ia tampil gemilang dengan 32 poin, 12 rebound, dan 7 asis, membawa Lakers menang 113-109 melalui overtime. Sejak kedatangan Doncic, Lakers mencatatkan 9 kemenangan dalam 11 laga.

Antusiasme Jelang Laga

Bintang Celtics, Jayson Tatum, tak bisa menyembunyikan antusiasmenya jelang laga besar ini. Ia meyakini bahwa pertandingan ini akan menjadi tontonan yang seru bagi para penggemar NBA.
“Ini adalah pertandingan yang dinanti-nantikan banyak orang,” ujar Tatum usai kemenangan Celtics atas Sixers dengan skor 123-105.

Dalam catatan sejarah, Celtics masih unggul dalam rekor pertemuan klasik ini. Dari total 301 pertandingan, Celtics menang 166 kali, sedangkan Lakers mengoleksi 135 kemenangan. Celtics, yang berhasil meraih gelar juara NBA 2024, juga kini memegang rekor sebagai tim dengan gelar terbanyak, yakni 18 trofi, unggul satu dari Lakers yang memiliki 17 gelar.

Dengan atmosfer panas dan bintang-bintang besar di kedua tim, pertandingan ini diprediksi akan berlangsung seru dan menjadi salah satu duel klasik terbaik di NBA musim ini.

Dallas Mavericks Kehilangan Kyrie Irving untuk Sisa Musim Akibat Cedera Lutut

Dallas Mavericks mengalami pukulan telak setelah Kyrie Irving dipastikan harus absen hingga akhir musim NBA 2024-2025 akibat cedera lutut yang cukup parah. Cedera tersebut terjadi saat pertandingan melawan Sacramento Kings, ketika Irving berbenturan dengan center lawan, Jonas Valančiūnas, pada kuarter pertama. Dalam insiden itu, lutut kanannya bertabrakan dengan lutut Valančiūnas, yang menyebabkan Irving tampak kesakitan. Meski demikian, ia masih berusaha untuk tetap di lapangan, bahkan sempat mengeksekusi dua lemparan bebas sebelum akhirnya dibantu Anthony Davis menuju ruang ganti.

Hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa Irving mengalami robekan pada ligamen anterior cruciate (ACL) di lutut kirinya, sehingga ia harus menepi hingga akhir musim. Cedera ini menjadi kehilangan besar bagi Mavericks yang saat ini sudah menghadapi banyak masalah dengan pemain cedera. Selain Irving, tim juga harus berjuang tanpa kehadiran beberapa pemain kunci seperti Anthony Davis, Daniel Gafford, Dereck Lively II, dan P.J. Washington. Kehilangan banyak pemain membuat Mavericks harus bekerja lebih keras untuk tetap kompetitif di sisa musim.

Sebelum mengalami cedera, Irving menunjukkan performa yang luar biasa dengan rata-rata 25 poin, 4,9 rebound, 4,7 assist, dan 1,3 steal dalam 36,6 menit per pertandingan musim ini. Absennya Irving tentu meninggalkan lubang besar dalam strategi permainan Mavericks. Kini, tim harus mencari cara untuk bertahan tanpa kehadiran salah satu bintang utamanya demi menjaga peluang mereka di kompetisi.

Timnas Basket Putri Indonesia Menang Telak, Tapi Masih Butuh Evaluasi

Asisten pelatih tim nasional bola basket putri Indonesia, Andrie Ekayana, menilai bahwa meskipun timnya berhasil menyapu bersih tiga laga uji coba melawan tim nasional Singapura, masih ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki. Menurutnya, sejumlah pemain masih belum sepenuhnya memahami filosofi permainan yang diterapkan oleh pelatih kepala, Marlina Herawan. Hal ini membuat konsep permainan tim belum bisa dieksekusi dengan maksimal.

Andrie mengakui bahwa tim tampil dominan dalam laga uji coba yang digelar di Cita Hati School East, Kota Surabaya, Jawa Timur, pada 27 dan 28 Februari serta 1 Maret lalu. Meski demikian, ia menekankan bahwa masih ada berbagai catatan yang harus diperbaiki agar performa tim semakin solid di pertandingan-pertandingan mendatang.

Menurutnya, perbaikan pada detail kecil dalam permainan akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas tim, baik dalam strategi menyerang maupun bertahan. Hal ini menjadi krusial mengingat timnas Indonesia akan menghadapi lawan-lawan dengan level tinggi di dua turnamen internasional mendatang. Untuk itu, peningkatan standar permainan menjadi prioritas agar tim mampu bersaing di kancah internasional.

Timnas bola basket putri Indonesia sendiri sukses meraih kemenangan telak dalam tiga laga uji coba tersebut, dengan skor 99-41 pada pertandingan pertama, 57-44 di laga kedua, dan 85-56 di pertandingan terakhir. Ketiga pertandingan ini merupakan bagian dari pemusatan latihan sebagai persiapan menghadapi FIBA Women’s Asia Cup 2025 Division A di China pada 13-20 Juli, serta SEA Games 2025 di Thailand pada 9-20 Desember. Program latihan intensif sudah berlangsung sejak 10 Februari untuk memastikan kesiapan tim menghadapi dua ajang besar tersebut.

Apa yang Hilang dari NBA All-Star Sejak Kobe Bryant Pensiun?

Brendan Haywood, mantan pemain NBA yang dikenal saat membela Dallas Mavericks, mengungkapkan pandangannya tentang penurunan kualitas NBA All-Star dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Haywood, kemeriahan dan intensitas yang pernah ada dalam pertandingan All-Star NBA mulai memudar setelah pensiunnya legenda Lakers, Kobe Bryant.

Dalam acara Triple Threat di CBS Sports Network, Haywood menyatakan bahwa penurunan ini terjadi sejak tahun 2017, yang juga merupakan tahun terakhir Kobe berkompetisi di NBA. Kobe, yang menghabiskan 20 tahun kariernya bersama Los Angeles Lakers, memang menjadi sosok yang membawa banyak semangat dan tradisi dalam perhelatan All-Star Game.

“Pernahkah Anda bertanya-tanya kapan kualitas All-Star benar-benar mulai menurun? Jawabannya adalah saat Kobe Bryant pensiun. Kobe adalah sosok yang menjaga standar tinggi dalam permainan All-Star. Dia pernah bermain meski dalam kondisi cedera parah, bahkan hidungnya patah saat All-Star,” ungkap Haywood dengan tegas.

Haywood mengingatkan sebuah momen legendaris di NBA All-Star 2012, di mana Kobe yang dilanggar oleh Dwyane Wade tetap melanjutkan pertandingan dan berhasil membawa tim Wilayah Barat meraih kemenangan dengan skor 152-149 atas Wilayah Timur. Bagi Haywood, momen ini menggambarkan betapa besar dedikasi Kobe terhadap permainan dan bagaimana dia menjadikan All-Star lebih dari sekadar pertandingan biasa.

Lebih lanjut, Haywood menjelaskan bahwa daya tarik All-Star Game era 90-an sangat kuat berkat dedikasi Michael Jordan, yang menganggap pertandingan ini sebagai ajang untuk menunjukkan kualitas permainan. Ketika Jordan pensiun, Kobe Bryant mengambil alih peran tersebut dan terus mempertahankan standar tinggi yang ada. Namun, menurut Haywood, hal itu tidak terjadi lagi setelah Kobe pensiun.

“Kobe merasa bahwa tugasnya adalah melanjutkan tradisi yang sudah ditetapkan oleh Michael Jordan. Tapi sekarang, saya rasa tidak ada lagi yang benar-benar menjaga tradisi itu. Semua orang seolah menghindar dan itulah masalah utamanya,” ujar Haywood, yang juga merupakan juara NBA bersama Mavericks pada 2011.

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mengukur kualitas permainan All-Star, banyak yang merasakan penurunan sejak pensiunnya Kobe. Salah satu momen penting pasca-pensiunnya Kobe adalah pada All-Star Game 2020, yang diadakan sebulan setelah kematian tragis Kobe. Pada kesempatan tersebut, NBA mengganti nama trofi MVP All-Star menjadi “Trofi Kobe Bryant” sebagai bentuk penghormatan kepada sang legenda.

Setelah pensiun, wajah liga NBA beralih kepada LeBron James, yang menjadi sosok sentral dalam banyak aspek permainan. Namun, Haywood mengungkapkan bahwa LeBron tampaknya tidak lagi memiliki gairah yang sama terhadap All-Star seperti pada awal-awal kariernya. Bahkan, LeBron belum pernah bermain lebih dari 20 menit dalam All-Star Game sejak dekade ini dimulai.

“Jika LeBron, atau siapa pun yang dianggap sebagai wajah liga—apakah itu Ant-Man, Wemby, Joker, atau Jayson Tatum—mengatakan, ‘Mari kita bermain serius,’ maka semua orang akan mengikuti,” jelas Haywood. “Pada akhirnya, mereka-lah yang menetapkan standar. Michael Jordan sudah memulainya dengan menetapkan standar yang sangat tinggi bersama Magic Johnson dan Larry Bird. Kobe melanjutkannya, namun sekarang tampaknya sudah tidak ada yang melanjutkan tradisi tersebut,” pungkasnya.

Dengan pandangan ini, Haywood menekankan bahwa NBA All-Star Game membutuhkan figur yang bisa menjaga semangat dan standar tinggi yang pernah ditetapkan oleh Kobe Bryant dan Michael Jordan. Tanpa itu, perhelatan tersebut bisa terus kehilangan daya tariknya bagi penggemar.

Kyrie Irving Ingin Bela Australia di Olimpiade 2028, Tunggu Persetujuan FIBA dan USA Basketball

Bintang Dallas Mavericks, Kyrie Irving, mengungkapkan keinginannya untuk membela tim nasional Australia pada Olimpiade Los Angeles 2028. Irving, yang lahir di Melbourne, berharap bisa memenuhi syarat untuk bergabung dengan Boomers dalam beberapa tahun ke depan.

“Saat ini, kami sedang dalam proses mengurus hal itu,” ujar Irving ketika ditanya mengenai kemungkinan beralih dari Timnas Amerika Serikat ke Australia.

Menurutnya, ada berbagai dokumen yang harus diselesaikan agar ia dapat memenuhi syarat bermain untuk Australia. Selain itu, proses ini juga memerlukan persetujuan dari USA Basketball, FIBA, dan Basketball Australia.

Irving sebelumnya memperkuat Timnas Amerika Serikat di Olimpiade Rio 2016 dan sukses meraih medali emas. Namun, ia tidak masuk dalam skuad Olimpiade dua edisi terakhir, termasuk tim yang berlaga di Paris 2024.

“Tentu saja, keputusan akhir masih ada di tangan Tim USA,” lanjutnya. “Namun bagi saya, ini adalah tentang memberikan yang terbaik. Jika saya memiliki kesempatan untuk bermain bersama Australia di masa depan, itu akan menjadi pengalaman yang luar biasa.”

Jika mendapat persetujuan, Irving akan berusia 36 tahun pada Olimpiade 2028. Ia berpotensi bergabung dengan skuad Australia yang diperkuat oleh sejumlah pemain NBA seperti Josh Giddey, Dyson Daniels, Ben Simmons, Dante Exum, dan Josh Green.

Timnas Australia terakhir kali meraih medali perunggu pada Olimpiade Tokyo 2020, tetapi hanya mampu finis di peringkat keenam pada Olimpiade Paris 2024 setelah kalah dari Serbia di babak perempat final melalui perpanjangan waktu.

Luka Doncic Kembali Jadi Sorotan, Nico Harrison Kena Kritik Lagi!

Dallas Mavericks tampaknya masih menjadi sorotan setelah melepas bintang mereka, Luka Doncic, ke Los Angeles Lakers. General Manager Mavericks, Nico Harrison, terus mendapat tekanan akibat dugaan berbagai pelanggaran, mulai dari manipulasi laporan cedera hingga menutup pintu negosiasi bagi tim lain yang ingin mengajukan tawaran.

Sejak Doncic resmi bergabung dengan Lakers, berbagai spekulasi terus bermunculan. Salah satu tuduhan paling kontroversial adalah klaim bahwa Mavericks sengaja memalsukan laporan cedera Doncic demi memperlancar proses perdagangan. Tim mengumumkan bahwa Doncic mengalami cedera pergelangan tangan kanan pada November lalu, tetapi laporan terbaru mengungkap bahwa alasan tersebut tidak sepenuhnya benar.

Manipulasi Cedera untuk Kepentingan Perdagangan?

Menurut laporan dari The Athletic, ada indikasi bahwa Mavericks menggunakan cedera Doncic sebagai dalih untuk memberinya waktu istirahat dan menyiapkan langkah pertukaran. “Pada bulan November, Doncic melewatkan lima pertandingan karena cedera pergelangan tangan kanan. Namun, sumber dalam tim mengungkapkan bahwa klasifikasi cedera tersebut tidak sepenuhnya akurat. Faktanya, Doncic seharusnya memanfaatkan waktu itu untuk meningkatkan kondisi fisiknya,” ungkap laporan tersebut.

Laporan ini memicu dugaan bahwa kondisi fisik Doncic menjadi faktor utama dalam keputusan Mavericks untuk melepasnya. Bahkan setelah kepindahannya, Doncic mendapat kritik tajam dari pemilik mayoritas Mavericks, Patrick Dumont, yang secara tidak langsung menyindir etos kerjanya.

“(Michael) Jordan, (Larry) Bird, Kobe (Bryant), Shaq(uille O’Neal) bekerja sangat keras setiap hari, dengan satu tujuan: kemenangan,” ujar Dumont. “Jika Anda tidak memiliki mentalitas itu, Anda tidak cocok untuk menjadi bagian dari Dallas Mavericks. Jika Anda ingin bersantai, jangan lakukan itu di sini.”

Kesepakatan Eksklusif dengan Lakers Picu Kekecewaan

Selain dugaan manipulasi cedera, cara Mavericks menangani perdagangan Doncic juga menuai kontroversi. Beberapa manajer umum dari tim NBA lainnya mengungkapkan rasa frustrasi mereka terhadap Harrison, yang diduga hanya bernegosiasi dengan Lakers tanpa mempertimbangkan tawaran dari tim lain.

“Setelah kesepakatan diumumkan, sejumlah eksekutif dari tim lain menyatakan bahwa mereka memiliki tawaran yang lebih baik daripada Lakers,” tulis The Athletic. “Namun, mereka merasa tidak diberi kesempatan yang adil untuk bersaing mendapatkan Doncic.”

Sumber lain menyebutkan bahwa Harrison sempat menghubungi satu tim selain Lakers untuk kemungkinan pertukaran Doncic, tetapi akhirnya hanya serius menegosiasikan kesepakatan dengan Los Angeles. Dugaan ini semakin memperkuat anggapan bahwa Mavericks sejak awal memang hanya berniat menjual Doncic ke Lakers, meskipun ada tawaran lebih tinggi dari tim lain.

Alasan utama di balik keputusan ini diduga adalah keinginan Harrison untuk menjaga agar perdagangan tetap tertutup hingga benar-benar resmi. Dia diyakini ingin menghindari potensi kegaduhan di internal Mavericks yang bisa menghambat jalannya transaksi.

Masa Depan Luka Doncic di Lakers

Keputusan Dallas untuk melepas Doncic juga dikaitkan dengan status kontraknya. Pemain berusia 25 tahun itu memenuhi syarat untuk menandatangani perpanjangan supermax senilai $345 juta dengan Mavericks pada musim panas ini. Namun, menurut laporan The Athletic, Dallas sebenarnya tidak pernah memiliki rencana untuk menawarkan kontrak tersebut.

Kini, dengan Doncic telah berseragam Lakers, perdebatan tentang cara Mavericks menangani situasi ini belum berakhir. Banyak pihak yang merasa keputusan Dallas penuh dengan kejanggalan, baik dari sisi medis maupun manajemen. Sementara itu, Lakers berharap kedatangan Doncic dapat membawa mereka kembali ke jalur juara, sementara Mavericks harus menghadapi konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil.

Patrick Nikolas Apresiasi Kepercayaan Pelatih, Dewa United Perpanjang Tren Kemenangan di IBL 2025

Pebasket Dewa United Banten, Patrick Nikolas, mengungkapkan kegembiraannya atas kepercayaan yang diberikan pelatih Pablo Favarel kepada pemain lokal dalam ajang Indonesian Basketball League (IBL) 2025. Menurutnya, pelatih asal Argentina tersebut telah memberikan kesempatan kepada para pemain lokal untuk berkembang dan membuktikan kemampuan mereka di setiap pertandingan.

“Sejak awal, kami sudah diberikan kepercayaan dan diingatkan agar tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Karena itu, kami berusaha keras hingga laga berakhir, dan itulah yang kami lakukan,” ujar Patrick, usai membantu timnya meraih kemenangan 79-62 atas Satya Wacana Salatiga di Dewa United Arena, Tangerang, Kamis (13/2) malam.

Ia menambahkan bahwa sang pelatih terus mendorong para pemain lokal untuk memanfaatkan waktu bermain secara maksimal, baik dalam mencetak poin maupun berkontribusi dalam kemenangan tim.

Dalam pertandingan tersebut, Patrick mencatatkan lima poin, satu rebound, dan satu blok. Selain dirinya, Pablo Favarel juga memberikan menit bermain bagi pemain muda, seperti Radithyo Wibowo dan debutan Arthur Vadel Krisma Putra. Radithyo, yang berusia 20 tahun, menyumbang satu poin dan dua rebound dalam waktu bermain 5 menit 10 detik. Sementara itu, Arthur yang baru berusia 19 tahun berhasil mencetak dua poin serta dua rebound.

Dewa United Banten melanjutkan tren positif mereka dengan kemenangan keempat secara beruntun di IBL Gopay 2025. Sang bintang dalam laga ini adalah Lester Prosper, yang dinobatkan sebagai Player of the Game setelah tampil impresif dengan torehan double-double, yakni 25 poin, 16 rebound, dan tiga assist.

Di sisi lawan, Satya Wacana Salatiga mengandalkan Ikcaven Savalianta Curry. Meski tampil cukup baik dengan mencatatkan 19 poin, delapan rebound, dan satu assist, ia tetap tidak mampu membawa timnya keluar dari tekanan Dewa United.

Berkat kemenangan ini, Dewa United kini bertengger di peringkat keempat klasemen dengan koleksi 15 poin dan rekor pertandingan 6-3 (menang-kalah). Sementara itu, Satya Wacana Salatiga harus puas berada di posisi kesembilan dengan raihan 11 poin dari dua kemenangan dan tujuh kekalahan.