Marc Marquez Catat Kemenangan Keempat di Argentina, Samai Rekor Angel Nieto

Marc Marquez kembali menunjukkan dominasinya di MotoGP 2025 dengan meraih kemenangan keempat di GP Argentina. Pembalap Ducati Lenovo itu tampil impresif pada balapan yang digelar Minggu malam waktu setempat, setelah berhasil mengungguli duel sengit dengan sang adik, Alex Marquez, yang finis di posisi kedua. Kemenangan ini juga menambah catatan kemenangan sepanjang kariernya menjadi 90, menyamai rekor legenda MotoGP, Angel Nieto.

Balapan tidak berjalan mudah bagi Marc, yang sempat melakukan kesalahan kecil di tikungan pertama pada lap keempat. Hal ini dimanfaatkan oleh Alex untuk mengambil alih posisi terdepan. Kedua bersaudara tersebut mendapat tekanan dari Franco Morbidelli yang menggunakan strategi berbeda dengan ban belakang lunak. Namun, seiring berjalannya balapan, performa Morbidelli menurun, menyisakan pertarungan ketat antara Marc dan Alex.

Dengan sepuluh lap tersisa, Alex nyaris mendapat keuntungan saat Marc hampir kehilangan keseimbangan. Namun, Marc tetap tenang dan terus menempel motor Gresini milik adiknya. Upaya pertamanya untuk menyalip di Tikungan 5 dengan delapan lap tersisa tidak membuahkan hasil karena melebar. Akhirnya, pada lima lap terakhir, Marc berhasil merebut posisi terdepan dan mempertahankan keunggulannya hingga finis.

Morbidelli akhirnya mengamankan podium ketiga setelah berhasil menahan Francesco Bagnaia, yang harus puas di posisi keempat dengan selisih hanya setengah detik. Seri MotoGP berikutnya akan berlangsung di Amerika, di mana persaingan dipastikan semakin ketat.

Pedro Acosta Siap Hadapi Tekanan, Yakin Bisa Raih Kemenangan di MotoGP

Pembalap Red Bull KTM, Pedro Acosta, menegaskan bahwa tekanan sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia mulai berkarier sebagai pembalap, bahkan sejak level amatir.

Pembalap berusia 20 tahun ini kini dihadapkan pada ekspektasi tinggi setelah mencatat debut luar biasa musim lalu, di mana ia berhasil meraih lima podium di ajang Grand Prix.

“Saya sudah terbiasa hidup dengan tekanan sejak usia 16 tahun. Sekarang saya hampir berusia 21 tahun, dan semuanya masih sama,” ujar Acosta dalam wawancaranya dengan MotoGP pada Kamis.

Melihat performa musim lalu yang cukup menjanjikan, Acosta percaya bahwa kemenangan Grand Prix pertamanya hanya tinggal menunggu waktu. Menurutnya, tekanan adalah bagian dari pekerjaan seorang pembalap, dan ia telah belajar untuk mengelolanya dengan baik.

“Tekanan dan ekspektasi hanyalah kata-kata, tetapi terkadang kata-kata itu bisa memberikan beban tersendiri. Seorang pembalap harus tetap fokus pada motor dan balapannya,” tambahnya.

Acosta juga mengakui bahwa inkonsistensi menjadi tantangan utama baginya musim lalu, terutama ketika kehilangan kecepatan dalam beberapa balapan.

“Ada saatnya saya berpikir lebih mudah untuk melaju lurus, tetapi dalam beberapa kesempatan, saya harus mengambil jalur berbeda dan menghadapi pasang surut,” katanya.

Hasil tes pramusim yang positif di Sepang dan Buriram semakin meningkatkan rasa percaya dirinya untuk menghadapi musim ini. Acosta pun optimis bisa tampil lebih kuat dan membuktikan kemampuannya.

“Sekarang saya jauh lebih percaya diri. Senang rasanya kembali mengenakan seragam oranye!” pungkasnya.