Terpilihnya Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026 membawa harapan besar bagi sepak bola dunia, namun di balik itu tersimpan berbagai tantangan yang dapat memicu kekacauan. Ketegangan politik dan ekonomi di antara ketiga negara semakin meningkat, terutama setelah kebijakan perang dagang yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump. Hubungan panas ini berpotensi menghambat koordinasi penyelenggaraan, termasuk dalam aspek keamanan dan diplomasi. Selain itu, kebijakan efisiensi besar-besaran yang digalakkan oleh pemerintahan Trump saat ini berisiko memperlambat proses pengurusan visa, mengancam akses bagi jutaan penggemar sepak bola yang ingin menyaksikan langsung ajang ini.
Di sisi lain, potensi lolosnya Israel ke putaran final menambah dimensi lain dalam penyelenggaraan. Dengan meningkatnya aksi militer Israel di Palestina, gelombang protes dari berbagai negara, termasuk di dalam AS sendiri, dapat menciptakan ketegangan di stadion-stadion penyelenggara. Ini bisa menjadi tantangan besar bagi keamanan, terutama jika pertandingan berlangsung di kota-kota yang memiliki riwayat demonstrasi besar terhadap aksi Israel.
Selain itu, faktor cuaca juga menjadi perhatian. Mengingat Piala Dunia sebelumnya di Qatar harus dimundurkan akibat suhu ekstrem, ada kemungkinan pertandingan di AS, Kanada, dan Meksiko menghadapi masalah serupa. Jika suhu terlalu panas, laga mungkin harus digelar malam hari, menimbulkan dilema keamanan tambahan. Dengan berbagai ancaman yang mengintai, Piala Dunia 2026 bisa menjadi turnamen paling penuh kontroversi dalam sejarah sepak bola dunia.